Doa Anak Yatim – Azab, satu kata dan gambaran yang sangat menakutkan bagi siapapun yang mengetahui tentangnya. Mengutip dari wikipedia azab dapat diartikan sebagai siksaan yang dihadapi manusia atau makhluk lain yang diciptakan oleh Allah. Pemberian azab merupakan akibat dari kesalahan yang pernah atau sedang dilakukan. Dalam perspektif sunnatullah, keadilan akan mengantar pada kesejahteraan, siapapun yang melakukan. Azab juga bisa dapat diartikan sebagai hukuman, siksaan.
Setiap manusia, siapapun dia, dengan berbagai perbedaan sikap dan sifat mereka, semua tentunya berharap agar ia dapat selamat dari azab. Seorang yang taat, saleh, ataupun pendosa kelas kakap, pasti ia akan berdoa agar bisa terhindar dari azab. Hal tersebut memang sudah menjadi fitrahnya manusia. Fitrah ingin hidup bahagia dan selamat dari kesengsaraan, di dunia maupun akhirat.
Akan tetapi, ada juga orang yang berharap selamat dari azab, namun tanpa sadar ia justru malah berjalan ke arah azab. Bukan hanya berjalan, bahkan ia berlari menuju ke arahnya. Hal itu disebabkan oleh karena keengganannya untuk mengetahui dan menerima petunjuk jalan yang benar, juga karena sifat sombong dan angkuh yang tanpa sadar bersembunyi di dalam jiwanya. Naudzubillah..
Melansir dari laman wahdah islamiyah yang mengatakan bahwa seorang ahli hikmah pernah berkata, “Engkau berharap keselamatan namun tidak menempuh jalannya, ketahuilah bahwa perahu layar tidaklah berlayar di atas tanah yang kering.”
Benar, apabila kita ingin selamat, maka sesulit apa pun keadaannya kita harus mau menempuh jalan keselamatan itu, bukan menempuh jalan sebaliknya dengan sifat angkuh, menantang dan menolaknya. Hal itu hanya akan membuahkan penyesalan yang perih, lebih perih dari menangis darah.
Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya berjalan tanpa arah dalam kebingungan untuk mencari jalan keselamatan. Akan selalu ada petunjuk yang Dia berikan di dalamnya, ada cahaya yang juga Ia anugerahkan. Setiap hamba tidak akan Ia biarkan tersesat dari jalan keselamatan itu, kecuali apabila mereka menolak petunjuk dan cahaya-Nya itu. Jadilah mereka berjalan dalam jalanan yang gelap dan mengerikan, yang di ujungnya terdapat lembah neraka yang siap mengazab siapapun yang berjalan atau bahkan berlari.
Di dalam Al-Quran Allah SWT menyebutkan dua amalan penolak azab. Allah SWT berfirman:
مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ وَكانَ اللَّهُ شاكِراً عَلِيماً
“Mengapa Allah akan menyiksa kalian, jika kalian bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa: 147)
Mengapa Allah akan menyiksa kita, jika kita bersyukur dan beriman? Maksudnya, mana mungkin Allah akan memberikan azab kepada seorang hamba-Nya yang bersyukur dan beriman?
Dua amalan penolak azab itu adalah beriman dan bersyukur. Namun, keimanan dan rasa syukur yang benar. Bukan hanya sekadar ucapan kata syukur yang tanpa bukti.
Ketika kita beriman pada Allah SWT dan Rasul-Nya, berarti kita harus beribadah kepada Allah dengan sebenar-benarnya, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Itulah rasa syukur.
Saat kita mengaku bahwa kita beriman kepada Allah, maka kita harus membenarkan semua isi kitab-Nya, menerima sepenuh hati segala syariat-Nya dan tidak menolaknya, tidak berhukum pada selain kitab-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi setiap larangan-Nya, membela kitab-Nya dan hal lainnya. Itulah rasa syukur.
Akan tetapi, apabila sikap dan perilaku menunjukkan hal yang sebaliknya, maka itu tidak membuktikan keimanan dan rasa syukur pada-Nya, meskipun lisan mengucap sejuta kata iman dan kata syukur setiap harinya.
Demikian pula dengan keimanan pada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, kita juga harus membenarkan seluruh beritanya, menjalankan sunnahnya, membela sunnahnya dan tidak merasa risih dengannya, menjalankan perintahnya, menjauhi setiap larangannya, tidak beribadah kecuali sesuai petunjuknya, membela kehormatannya dan mencintai sahabat-sahabatnya. Itulah cinta dan rasa syukur padanya. Jika tidak, itulah yang disebut pengingkaran.
Pengingkaran itu identik dengan kekufuran yang berkonsekuensi pada azab. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
” Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian memaklumatkan, “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dan menjauhkan kita dari azabNya. Aamiin Yaa Rabbal’alaamiin.
Sumber gambar: https://www.muhammadiyahlamongan.com/
Penulis: Elis Parwati