Doa Anak Yatim – Sahabat, tak jarang kita bertanya-tanya tentang bagaimana cara menjadi salah satu manusia terbaik di muka bumi sebelum kita dipulangkan kembali kepada-Nya. Lantas, adakah cara untuk menjadi manusia terbaik? Tentu Sahabat bisa menjadi yang terbaik dengan berbagi manfaat, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama manusia.
Rasulullah saw bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no: 3289). Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang Muslim.
Apa yang terpintas di benak kamu ketika mendengar dan atau membaca sabda Rasulullah SAW di atas, manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya? Bisa jadi ada yang berpikir, manfaat yang diberikan haruslah sesuatu yang sangat bernilai seperti material berupa harta benda, barang mewah, pakaian indah dan sebagainya.
Di antara banyaknya perbuatan baik yang menjadi salah satu ciri yang menonjol pada orang bertakwa adalah menebar manfaat kepada sesama manusia. Apabila takwa adalah kedudukan terbaik di sisi Allah (QS. Al-Hujurat:13), maka salah satu jalan utama untuk menjadi yang terbaik dan paling bertakwa tersebut adalah berbagi manfaat kepada sesama.
Allah Ta’ala berfirman;
اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. (QS. Al-Hujurat:13)
Ternyata manfaat yang menjadikan seseorang sebagai manusia terbaik dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya tidak selamanya berupa pemberian yang berbentuk barang yang bernilai mahal.
Manfaat yang membuat seseorang menjadi yang terbaik terbaik dan dicintai oleh Allah SWT kadang berupa hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW (masih dalam hadits Thabrani melalui Sahabat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, seorang pria bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “manusia (seperti) apa yang paling dicintai Allah”?
Rasul menjawab dengan sabdanya;
أحبُّ الناس إلى الله أنفعهم للناس، وأحبُّ الأعمال إلى الله عز وجل، سرور تدخله على مسلم، تكشف عنه كربة، أو تقضي عنه دينا، أو تطرد عنه جوعا، ولأن أمشي مع أخ في حاجة، أحبُّ إلي من أن أعتكف في هذا المسجد، يعني مسجد المدينة شهرا…) رواه الطبراني في الأوسط والصغير .
“Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya, dan amalan paling dicintai Allh adalah rasa gembiara yang engkau masukukan ke dalam diri seorang Muslim, engkau hilangkan kesusahannya, atau engkau bayarkan hutangnya, atau engkau hilangkan rasa laparnya, sungguh aku berjalan bersama saudara seiman untuk memenuhi hajatnya lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjid Nabawai ini selama sebulan”. (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Ausath dan ash-Shaghir)
Dalam hadits ini disimpulkan bahwa orang yang berbagi manfaat kepada sesama manusia merupakan manusia terbaik yang paling dicintai Allah. Tentu saja merupakan kedudukan yang mulia, karena cinta Allah pada seorang adalah sesuatu yang agung dan istimewa. Karena jika Allah SWT mencintai seorang hamba maka Allah umumkan hal itu kepada penduduk langit, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, Rasul bersabda:
إذا أحب الله العبد، نادى جبريل، إن الله يحب فلانا فأحببه، فيحبه جبريل، فينادي جبريل في أهل السماء، إن الله يحب فلانا فأحبوه، فيحبه أهل السماء، ثم يوضع له القبول في الأرض ) متفق عليه
Jika Allah SWT mencintai seorang hamba, Allah memanggil Malaikat Jibril dan menyampaikan kepadanya bahwa Dia mencintai si fulan maka cintailah dia, sehingga Jibril turut mencintainya, selanjutnya Jibril mengummukan kepada penduduk langit “sesungguhnya Allah mencintai sifulan maka cintailah dia” sehingga penduduk langit ikut mencintainya kemudian ditetapkan bahwa dia diterima di bumi”. (Muttafaq alaih).
Masya Allah Tabarakallah. Betapa indahnya apabila kita menjadi salah satu orang yang dicintai oleh Allah SWT, dicintai oleh para penduduk langit sehingga ditetapkan sebagai orang yang diterima di bumi. Mungkin inilah satu rahasia mengapa “orang baik” yang gemar menebarkan manfaat kepada sesama manusia akan dicintai dan diterima oleh semua kalangan. Sebab, manfaat yang ditebarkan olehnya kepada sesama membuatnya banyak dikenal dan dicintai oleh Allah. Lalu, Allah SWT pun menggerakkan hati seluruh makhluk untuk ikut mmenerima dan mencintainya.
Hadits ini juga memberikan isyarat bahwa wujud dan bentuk kebermanfaatan yang diberikan kepada sesama dapat beraneka ragam. Di antaranya adalah memasukan perasaan suka cita dan kegembiraan ke dalam diri sesama Muslim.
Rasulullah SAW menganjurkan seluruh umat Muslim agar memberikan manfaat kepada orang lain dalam bentuk dan jenis apapun. Dalam suatu hadis Jabir radhiyallahu ‘anhu mengatakan, Pamanku biasa meruqyah untuk menghilangan sengantan hewan berbisa. Ketika Rasul melarang untuk meruqyah pamanku mendatanagi beliau dan bertanya, “Wahai Rasul,engkau melarang ruqyah, sementara aku terbiasa meruqyah orang tersengat hewan berbisa. Beliau bersabda;
“Siapa yang sanggup memberi manfaat kepada saudaranya hendaknya dia lakukan”. (HR. Ahmad dan hakim)
Singkatnya, pintu-pintu kebaikan itu sangat banyak dan beraneka ragam serta tidak terbatas. Kita hanya tinggal memilih kebaikan dan kebermanfaatan seperti apa yang akan kita berikan kepada sesama umat di sekitar kita. Beberapa jenis dan pintu kebaikan ini telah disebutkan secara singkat oleh Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam melalui sabdanya yang disebutkan di awal khutbah ini.
Dalam hadits lain beliau juga bersabda;
“Setiap Muslim berkewajiban bersedekah”. Para sahabat bertanya, “Wahai Nabi Allah, jika dia tidak memiliki apa-apa. Beliau bersabda, “hendaknya dia bekerja dengan tangannya sehingga dia memberi manfaat kepada dirinya dan dapat bersedekah”. Jika dia tidak memiliki apa-apa? “Hendaknya Dia membantu memenuhi kebutuhan orang yang teraniaya, lemah, dan terdesak”. Jika dia tidak punya apa-apa? Beliau bersabda, “Hendaknya dia melakukan kebaikan dan menahan diri dari berbuat buruk”. (Muttafaq alaih).
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa peluang untuk berbuat baik dan berbagi manfaat kepada sesama guna menjadi manusia terbaik dan paling dicintai Allah terbuka lebar. Apabila kita tidak bisa memberikan manfaat sama sekali, maka paling miniml menahan diri dari keburukan dan hal-hal yang tidak bermanfaat, karena tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan yang tidak bermanfaat baginya.
Sumber gambar: orami.co.id
Penulis: Elis Parwati