كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ ١٨٥
kullu nafsin dzâ’iqatul maût, wa innamâ tuwaffauna ujûrakum yaumal-qiyâmah, fa man zuḫziḫa ‘anin-nâri wa udkhilal-jannata fa qad fâz, wa mal-ḫayâtud-dun-yâ illâ matâ‘ul-ghurûr
Artinya : “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.”
Orang yang mati awalnya tidak menyadari bahwa dirinya mati, ia merasa dirinya sedang tidur dan bermimpi mati. Dia melihat dirinya ditangisi, dimandikan, dikafani, disholati, hingga diturunkan ke liang kubur. Dia merasa dirinya sedang bermimpi saat dirinya tertimbun tanah dia berteriak-teriak tapi tidak ada yang mendengar teriakannya.
Beberapa waktu kemudian, saat semua sudah pulang meninggalkannya sendirian di bawah tanah, Allah kembalikan ruhnya. Dia membuka mata, dan terbangun dari “mimpi” buruknya.
Dia senang dan bersyukur, bahwa ternyata apa yang dia alami hanyalah sebuah mipi buruk dan kini dia bangun dari tidurnya.
Kemudian dia meraba badannya yang hanya diselimuti kain sambil bertanya kaget, “Dimana bajuku? Dimana celanaku?” Lalu dia meraba ke sekelilingnya yang berupa tanah. “Dimana aku? Tempat apa ini? Kenapa bau tanah dan lumpur?”
Kemudian dia mulai menyadari bahwa dia ada di bawah tanah, dan sebenarnya apa yang dialaminya bukanlah mimpi! Dia sadar bahwa dirinya benar-benar telah mati.
Kemudian ia berteriak sekeras-kerasnya, memanggil orang-orang terdekatnya yang dianggap bisa menyelamatkannya.
“Ibu … Ayah … Kakek … Nenek … Kakak …”
Tidak ada seorangpun yang menjawab. Dia yang selama ini lupa pada Allah pun ingat bahwa Allah adalah satu-satunya harapan. Lalu, menangislah dia sambil meminta ampun.
“Ya Allah, Ya Allah, ampuni aku ya Allah.”
Dia berteriak dalam ketakutan yang luar biasa yang belum pernah dirasakan sebelumnya sepanjang hidupnya.
Jika dia orang baik, maka muncul lah 2 malaikat dengan wajah tersenyum akan mendudukannya sambil menenangkannya, menghiburnya, melayaninya dengan pelayanan yang terbaik. Namun, apabila ia orang buruk, maka 2 malaikat datang dengan wajah yang amat seram, tidak tersenyum sedikitpun dan akan menambah ketakutannya. Mereka juga akan menyiksanya sesuai dengan keburukannya.
Siapakah Sahabat kita di alam kubur nanti? ialah Al-Quranul Karim. Apabila ia orang yang rajin membaca Al-Quran, maka ia akan mendapatkan pertolongan dari Al-Quran di alam kubur.
Dari Sa’id bin Sulaiman ra, Rasulullah SAW bersabda:
“Tiada penolong yang lebih utama derajatnya di sisi Allah pada hari kiamat dari pada Al-Quran. Bukan Nabi, bukan Malaikat dan bukan pula yang lainnya.”. (Abdul Malik bin Habib – Syarah Ihya)
Al-Bazzar meriwayatkan dalam kitab La’aali Masnunah bahwa jika seseorang meninggal dunia, ketika orang-orang sibuk dengan kain kafan dan persiapan pengebumian di rumahnya tiba-tiba seseorang yang sangat tampan berdiri di kepala mayat. Ketika kain kafan mulai dipakaikan, ia berada di antara dada dan kain kafan.
Setelah dikuburkan dan orang-orang mulai meninggalkannya datanglah dua malaikat yaitu malaikat munkar dan nakir yang berusaha memisahkan orang tampan itu dan mayat agar memudahkan tanya jawab. Namun, si tampan itu berkata “ia adalah sahabat karibku dalam keadaan bagaimanapun aku tidak akan meninggalkannya. Jika kalian ditugaskan untuk bertanya kepadanya lakukanlah pekerjaan kalian aku tidak akan berpisah dari orang ini sampai ia dimasukkan ke dalam surga.
Lalu, ia berpaling kepada sahabatnya dan berkata, “Aku adalah Al-Quran yang terkadang kamu baca dengan suara keras dan terkadang dengan suara perlahan. Jangan khawatir setelah menghadapi pertanyaan munkar dan nakir ini, engkau tidak akan mengalami kesulitan.”
Setelah para malaikat itu selesai memberi pertanyaan ia menghamparkan tempat tidur dari permadani sutra yang penuh dengan kasturi dari Mala’il A’ra. (Himpunan Fadhilah Amal : 609)
Allahu Akbar, selalu saja ada getaran haru selepas membaca hadis ini. Getaran penuh pengharapan sekaligus kekhawatiran. Getaran harap karena tentu saja mengharapkan Al-Quran yang kita baca dapat menjadi pembela. Sekaligus getaran takut, kalau nanti Al-Quran akan menuntut kita.
Banyak riwayat yang menerangkan bahwa Al-Quran adalah pemberi syafa’at yang pasti dikabulkan oleh Allah SWT.
Ya Allah, ampunilah dosaku, dosa ibu bapakku, keluargaku, saudaraku dan seluruh kaum muslimin, ya Allah jangan engkau cabut nyawa kami saat tubuh kami tak pantas berada di surga Mu. Aamiin yaa Rabbal’alaamiin.
Sumber gambar: Konsultasi Syariah
Penulis: Elis Parwati