Doa Anak Yatim – Salah seorang ulama Indonesia KH Muhammad Hasyim Asy’ari (1871-1947) berhasil mencetuskan prinsip “hubbul wathani minal iman”, yang artinya “cinta tanah air adalah bagian dari iman”. Kiai Hasyim Asy’ari adalah ulama yang mampu membuktikan bahwa agama dan nasionalisme bisa saling memperkuat dalam membangun bangsa dan negara.
Hal tersebut untuk membangkitkan nasionalisme rakyat Indonesia untuk mengusir para penjajah. Dua unsur ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Agama Islam memerlukan tanah air sebagai lahan dakwah dan menyebarkan agama, sedangkan tanah air memerlukan siraman-siraman nilai-nilai agama agar tidak tandus dan kering.
Cinta tanah air merupakan fitrah yang terhunjam sangat dalam pada jiwa manusia. cinta tanah air juga ada di dalam beberapa hadis loh, Sahabat! Berikut ini merupakan beberapa hadis yang telah dirangkum. Yuk, disimak!
“Diriwayatkan dari Anas, bahwa Nabi SAW. ketika kembali dari bepergian dan melihat dinding-dinding Madinah, beliau mempercepat laju untanya. Dan apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkannya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah.” (HR. Al-Bukhari, Ibn Hibban dan al-Turmudzi)
Dalam kitab Hilyat al-Awliya’, Abu Nu’aim meriwayatkan dengan sanadnya kepada pimpinan kaum zuhud dan ahli ibadah, Ibrahim bin Adham, ia berkata,
“Saya tidak pernah merasakan penderitaan yang lebih berat daripada meninggalkan tanah air.”
Doa Cinta Tanah Air yang Dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim As
Sebagai implementasi dari cinta tanah air, Sahabat Al Hilal dapat memanjatkan doa untuk negeri kita tercinta ini. tentunya, hal tersebut dilakukan agar negeri ini dapat senantiasa aman sentosa. Difirmankan Allah SWT dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 126:
Rabbij’al hâdzâ baladan âminan warzuq ahlahû minats tsamarâti man âmana minhum billâhi wal yaumil âkhir.
Artinya: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” (QS. Al-Baqarah [2]: 126).
Sumber: Mandiri Amal Insani
Penulis: Aisyah