Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata bahwa Allah Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi,
مَنْ
عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ
إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ،
وَلاَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى
أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ
وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا،
وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ،
وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيْذَنَّهُ
“Siapa yang memusuhi wali-Ku meka telah Aku umumkan perang terhadapnya. Tidak ada taqarrub
nya seorang hamba kepada-Ku yang lebih Aku cintai kecuali beribadah
dengan apa yang telah aku wajibkan atasnya. Dan hamba-Ku yang selalu
mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah diluar
yang fardhu) maka Aku akan mencintainya. Dan jika Aku telah
mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk
mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang
digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan.
Jika dia meminta kepadaku niscaya akan Aku berikan dan jika dia minta
perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi.” (Riwayat Bukhari).
Hadits
di atas merupakan ungkapan kecintaaan Allah kepada hamba-Nya. Ada
berbagai macam pengukuran seorang hamba yang dicintai. Namun tahukah
bagaimana ciri orang yang dicintai Allah? Dan bagaimana caranya agar
kita dicintai Allah?
Ciri Orang yang Dicintai Allah
1. Senang Bertaubat
Dengan
tuntunan Allah, seseorang yang dicintai oleh-Nya akan senantiasa
dibimbing untuk selalu bertaubat. Selain diajak untuk selalu bertaubat,
Allah pun akan menuntunnya untuk selalu berada di jalan kebaikan. Allah
akan menunjukkan matanya melihat sesuatu yang Allah ridhai, begitupun
dengan pendengaran dan kakinya. Namun dengan begitu, bukan berarti hamba
yang dicintai Allah itu dimaksum (tanpa dosa) justru saat ia melakukan
sebuah dosa maka Allah akan mengarahkannya kembali pada kebaikan.
Jika melihat sejarah, ada seorang sahabat Rasul bernama Ma’iz radhiyallahu ‘anhu yang
mendatangi Rasul dan meminta untuk disucikan, “Ya Rasulullah sucikan
aku!” kemudian Rasul bertanya pada sahabat yang lain apakah Ma’iz sudah
gila, namun para sahabat menjawab, “Tidak wahai Rasulullah. Sesungguhnya
dia dalam keadaan waras.”
Setelah tiga dating kepada Rasul untuk meminta disucikan atas dosa zina yang dia perbuat, akhirnya Mu’iz dirajam dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Ma’iz
betul-betul telah bertaubat yang sempurna. Seandainya taubat Maiz dapat
dibagi-bagikan di tengah-tengah umat, niscaya mencukupi buat mereka.”
2. Seseorang yang Cinta Karena Allah
Allah
akan mengumpulkan orang-orang yang mencintai karena Allah Ta’ala. Cinta
yang disebabkan dan dikarenakan Allah adalah salah satu faktor mengapa
Allah mencintai seorang hamba. Diriwayatkan dalam hadits shahih riwayat
Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَوْثَقُ عُرَى الْإِيمَانِ الْمُوَالَاةُ فِي اللهِ وَالْمُعَادَاةُ فِي اللهِ، وَالْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ
“Ikatan
iman yang paling kuat adalah loyalitas karena Allah dan antipasti
karena Allah, serta cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR.
Ath-Thabarani).
Ada pula kisah seorang sahabat bernama Saad bin Muadz radhiyallahu anhu yang
menceritakan adalah Ibnu Al Jauzi. Masa itu, ketika Saad bin Muadz
sakit ia menangis karena mendapati tidak ada satupun teman dekatnya yang
menjenguk. Kemudian dia bertanya pada budaknya, “Ada apa dengan
teman-temanku ini? Kenapa mereka tidak menjengukku?”
Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, budaknya mencari tahu dan didapati bahwa
teman-temannya malu untuk menjenguk sebab mereka memiliki hutang kepada
Sa’ad. Maka Sa’ad mengatakan, “Sungguh dunia telah memisahkan antara
diriku dan para sahabatku yang membangun cinta karena Allah Ta’ala.
Sa’ad
akhirnya memerintahkan budaknya untuk membawa kantong sebanyak temannya
yang berhutang dan diisi dengan dinar dan dirham kemudian dibagikan
kepada temannya dan berpesan bahwa hutang teman-temannya kepadanya sudah
bebas karena Allah Ta’ala. Satu pesan yang dapat diambil dari kisah ini
bahwa kecintaan terhadap Allah tidak dapat dibandingkan dengan masalah
dunia.