Doa Anak Yatim – Sahabat Al Hilal, pernahkah merasa ragu untuk memberikan sesuatu yang berharga kepada saudara-saudara kita yang lebih membutuhkan?
Ibnu Hajar Al Asqalaani menjelaskan bahwa kedermawanan dalam syari’at adalah memberi sesuatu yang pantas dan layak kepada yang pantas dan layak menerimanya. Dengan demikian, kedermawanan lebih luas cakupannya dibanding sedekah. (Fathul Bari 1/31)
Kedermawanan Nabi Muhammad SAW di bulan Ramadhan terutama setelah bertadarus Al Quran bersama Malaikat Jibril ‘alaihissalam mencapai puncaknya. Seperti dijelaskan dalam sebuah hadis:
عن أنس رضي الله عنه قال: جَاءَهُ رَجُلٌ فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ فَرَجَعَ إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ أَسْلِمُوا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِى عَطَاءً لاَ يَخْشَى الْفَاقَةَ.
Sahabat Anas radhiallahu ‘anhu mengisahkan: “Pada suatu hari ada seseorang yang datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau memberinya hadiah berupa kambing sebanyak satu lembah. Spontan lelaki itu berlari menemui kaumnya dan berkata kepada mereka: ‘Wahai kaumku, hendaknya kalian semua segera masuk Islam, karena sesungguhnya Muhammad memberi pemberian yang sangat besar, seakan ia tidak pernah takut kemiskinan.’” (Hadis Riwayat Muslim)
Pada hadis di atas, kedermawanan Rasulullah SAW digambarkan lebih baik dibanding angin sepoi-sepoi yang berhembus.
Ini merupakan pertanda bahwa kedermawanan beliau tidak hanya dirasakan oleh sebagian orang saja, akan tetapi dapat dirasakan oleh seluruh orang, tanpa ada perbedaan, walaupun antara mereka ada perbedaan martabat, kekerabatan atau lainnya.
Sebagaimana ini sebagai isyarat bahwa kedermawanan beliau terus mengalir dan tidak pernah terhenti.
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.
“Tiada pagi hari, melainkan ada dua malaikat yang turun padanya, kemudian salah satunya berucap (berdoa): ‘Ya Allah, berilah orang yang berinfaq pengganti,’ sedangkan yang lain berdoa: ‘Ya Allah timpakanlah kepada orang yang kikir (tidak berinfaq) kehancuran.’” (Muttafaqun ‘alaih)
Nah, Sahabat Al Hilal masihkah ragu untuk bersedekah dan menjadi orang yang dermawan? Sungguh kedermawanan akan menjadi sebuah jembatan bagi kita menuju surga dan keberkahan Allah SWT, sedangkan kekikiran akan mendapatkan kehancuran tentunya. Naudzubillah min Dzalik.
Abu Hatim Rahimahullah mengatakan, “Orang yang paling dermawan adalah orang yang gemar memberi (atau menginfakkan) hartanya dan menjaga diri dari (meminta-minta) harta orang lain. Barangsiapa yang dermawan, ia akan mulia. Adapun orang yang kikir akan menjadi orang yang hina (rendahan) (Raudhatul ‘Uqala wa Nuzhatul Fudhala)
Sumber gambar: Laziswaf Al Hilal
Penulis: Aisyah