Doa Anak Yatim – Pada zaman dahulu, orang Arab jahiliyah ketika ada anggota keluarganya yang meninggal dunia meraka akan menangis sekeras-kerasnya. Bahkan, terdapat keterangan bahwa mereka tak sungkan menyewa orang hanya untuk menangis sekeras-kerasnya.
Mengapa hal itu dilakukan? Tujuan utamanya adalah untuk menunjukkan status sosialnya terhadap masyarakat. Semakin banyak orang yang menangisi jenazah anggota keluarganya, maka semakin terpandang pula orang tersebut.
Selain itu, pada zaman jahiliyah orang Arab juga akan merobek-robek pakaian mereka bahkan hingga menjambak-jambak rambut dan menghujat serta menyalahkan Tuhan karena mereka tak menerima takdir-Nya.
Oleh sebab itu, sebagai seorang muslim kita tidak diperbolehkan untuk berlebihan dalam menangisi orang yang meninggal. Karena, kita diajarkan untuk senantiasa bersabar dan sadar bahwa tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Allah kita akan dikembalikan. Sebagaimana yang tercantum dalam QS. Al Ankabut: 57.
Dikatakan bahwa orang-orang yang meratapi mayit atau jenazah atau orang yang telah meninggal akan mendapatkan kecelakaan. Berikut empat hadits yang menerangkan larangan meratapi orang yang meninggal sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab at-Targhib wa at-Tarhib:
- Orang yang meratap bukan termasuk golongan umat Rasulullah SAW
“Bukan termasuk golonganku orang yang memukul-mukul pipinya dan merobek-robek kerah bajunya dan berteriak-teriak dengan teriakan orang jahiliyah.” (HR Muslim).
- Pakaian dari api neraka bagi orang yang meratap
“Meratap itu sebagian dari tradisinya orang jahiliyah. Dan perempuan yang meratap ketika dia mati dan belum bertobat maka Allah memotong untuknya kain dari bara neraka dan baju kurung dari nyalanya api neraka.” (HR Ibnu Majah).
- Rasulullah SAW melaknat orang yang meratap
Dari Abu Said al-Khudri radiyallahu anhu berkata, “Rasulullah SAW melaknat perempuan yang meratap dan orang yang mendengarkannya.”
- Mayit akan disiksa karena diratapi
“Mayit itu diazab di dalam kuburnya sebab dia diratapi. Dalam riwayat lainnya apa yang diratapkan atasnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dilansir dari laman Republika yang mengutip kitab at-Tadzkirah karya Imam Qurthubi dijelaskan bahwa ketika keluarga tersebut menyalahkan Tuhan atas kematian anggota keluarganya atas kemalangan yang ditimpakan kepada keluarganya maka ia telah menjadi orang yang ingkar terhadap qadha dan qadar. Sedang mayat yang meninggal pun akan disiksa.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu, ketika malaikat maut telah mencabut roh seorang Mukmin, dia berdiri di depan pintu rumah, dan (menyaksikan) keluarga yang ditinggalkan berteriak-teriak, beberapa dari mereka menampar-nampar wajahnya, dan sebagian lainnya menarik-narik rambutnya, dan sebagian mereka menyeru kemalangan yang dialaminya. Maka malaikat maut berkata: mengapa kalian berkeluh kesah? Demi Allah, aku tak memperpendek umur kalian, dan aku juga tidak menghilangkan rezeki kalian, dan aku juga tidak zalim terhadap kalian. Maka bila keluhan dan kemarahanmu ditimpakan padaku, maka sesungguhnya Allah yang memerintahkan aku.
Dan bila kemarahan dan keluh kesah ditimpakan pada mayat maka sungguh mayat itu dalam keadaan mayat yang tersiksa. Dan bila kemarahan dan keluh kesah ditimpakan pada Tuhanmu maka kalian telah kafir.
Dan sesungguhnya aku pasti mendatangi kalian, apabila mereka melihat di tempatnya Malaikat Maut dan mereka mendengar suaranya Malaikat Maut, sungguh mereka akan melupakan dari mayit, dan hanya menangisi diri sendiri. (Diriwayatkan oleh Abu Muthi’ Makhul bin Al Fadhl An Nasafi dalam kitab al-Lu’lui’yat).
Sumber gambar: vocativ.com
Penulis: Elis Parwati