Doa Anak Yatim – Bagi umat Muslim yang tidak dapat melaksanakan ibadah Haji, ada amalan pengganti yang sangat dianjurkan, yaitu puasa 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah 1445 Hijriah. Di antara puasa sunnah tersebut, terdapat dua hari yang sangat istimewa, yaitu puasa Tarwiyah dan puasa Arafah. Meskipun ada keyakinan yang berbeda di kalangan umat Muslim mengenai puasa tersebut, puasa Arafah tetap menjadi yang paling utama.
Perlu diketahui bahwa terdapat perbedaan waktu antara Indonesia dan Arab Saudi sebesar 4 jam. Hal ini sering kali menimbulkan perbedaan dalam penentuan hari 1 Dzulhijjah, puasa Arafah, dan hari raya Idul Adha. Sebagai contoh, dalam dua tahun terakhir, pelaksanaan puasa Arafah dan Idul Adha di Indonesia dan Arab Saudi berbeda hari. Perbedaan ini sering kali menjadi polemik di Indonesia, apakah harus mengikuti waktu setempat atau waktu Arab Saudi.
Saat ini, baik Kementerian Agama Indonesia maupun Arab Saudi belum merilis agenda sidang isbat. Namun, jika prediksi tidak meleset, tahun ini pelaksanaan puasa Arafah dan salat Idul Adha tidak akan ada perbedaan. Berdasarkan hitungan kalender, hari ini di Arab Saudi adalah Rabu, 29 Mei 2024, bertepatan dengan 21 Dzulqaidah 1445 Hijriah. Dengan demikian, 1 Dzulhijjah 1445 Hijriah akan jatuh pada 8 Juni 2024, puasa Arafah pada 9 Dzulhijjah bertepatan pada 16 Juni 2024, dan Idul Adha pada 10 Dzulhijjah jatuh pada 17 Juni 2024. Jika merujuk pada kalender Hijriah Kementerian Agama RI, hari raya Idul Adha di Indonesia juga jatuh pada 17 Juni 2024. Dengan demikian, pelaksanaan puasa Arafah dan Idul Adha tahun ini kemungkinan besar tidak akan berbeda antara Indonesia dan Arab Saudi.
Namun, penetapan tanggal tersebut tetap harus menunggu hasil pengamatan hilal untuk memastikan tanggal 1 Dzulhijjah. Pengamatan hilal penting untuk memastikan umat Muslim melaksanakan ibadah dengan keyakinan penuh tanpa keraguan.
Puasa 10 hari pertama Dzulhijjah memiliki keistimewaan yang besar. Allah SWT mengisyaratkan keutamaannya dalam Al-Quran, surah Al-Fajr ayat 1-2: “Demi waktu fajar, demi malam yang sepuluh.” Banyak ulama menafsirkan “malam yang sepuluh” ini sebagai 10 hari pertama Dzulhijjah. Sebagian ulama lain berpendapat ini merujuk pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Kedua pendapat ini bisa dianggap benar karena dalam kalender Islam terdapat dua periode 10 hari yang dimuliakan, yaitu 10 hari terakhir Ramadhan dan 10 hari pertama Dzulhijjah.
Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa amalan di 10 hari pertama Dzulhijjah sangat dicintai oleh Allah SWT, bahkan lebih utama daripada jihad di jalan Allah, kecuali jihad yang dilakukan dengan harta dan jiwa tanpa kembali. Puasa Arafah pada 9 Dzulhijjah memiliki keutamaan khusus, yaitu menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Rasulullah SAW menyatakan, “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.”
Bagi umat Muslim yang tidak dapat melaksanakan haji, melaksanakan puasa Arafah merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih pahala yang besar.
Sumber gambar: Okezone
Penulis: Elis Parwati