Doa Anak Yatim – Dua puluh empat jam dalam sehari, tujuh hari dalam sepekan, empat pekan dalam sebulan, dua belas bulan dalam setahun dan terus saja waktu bergulir. Dari kita lahir tak ada lagi waktu yang tersisa untuk kita. Pertanyaannya, sudahkah ibadah kita cukup sebagai bekal pulang ke akhirat kelak?
Waktu merupakan suatu anugerah, karena waktu adalah salah satu bentuk rezeki yang diberikan kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya di muka bumi. Sudah sepatutnya kita bisa mengatur dan menggunakan waktu dengan sebaik mungkin. Namun, terkadang kita sering lupa dan terlena dengan waktu yang ada. Seolah kita tidak akan pernah kehilangan waktu, padahal nyatanya waktu bisa hilang kapan pun dimana pun.
Sebagai manusia, kita sering menunda pekerjaan hanya karena terbiasa mengerjakannya di akhir waktu atau anak-anak muda jaman sekarang sering menyebutnya dengan istilah “The Power of Super Kepepet”. Kita juga sering lupa bahwa bisa jadi tidak ada lagi waktu untuk kita di dunia.
Hal ini menjadi salah satu keresahan Rasulullah SAW seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits yang berbunyi, “Dua nikmat yang manusia banyak tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Hanya sedikit orang yang mampu mengalokasikan waktu sehat dan waktu luang dengan baik. Sebagian besar dari mereka menggunakan waktu dan kesehatannya untuk berleha-leha. Mereka hanya akan bekerja keras bila sudah ada tuntutan orang lain. Akibatnya, semua pekerjaan pun akan dilakukan dengan tergesa-gesa. Sehingga, hasil yang diperoleh pun tidak maksimal.
Begitu juga dalam menunaikan ibadah. Banyak sekali yang beribadah hanya sekadar terlaksana saja, tanpa memenuhi hak-hak ibadah. Contohnya adalah ketika shalat, kita kerap kali menunaikannya di akhir waktu, sehingga rukun shalat pun tidak tertunaikan dengan baik hanya demi mengejar waktu sebelum berkumandangnya azan selanjutnya. Biasanya mereka yang menunaikan ibadah shalat terburu-buru tidak tuma’ninah. Bacaannya pun tak lagi diperhatikan tahsinnya. Tak hanya dalam shalat, bahkan dalam membaca Al-Quran pun sama. Tak lagi dipenuhi hak-hak setiap hurufnya. Pada akhirnya, apabila menunda waktu sudah menjadi ‘Habbit’ atau gaya hidup seseorang, maka setelah itu akan terlahir istilah korupsi waktu.
Sahabat, waktu adalah ibadah, artinya setiap waktu yang Allah karuniakan merupakan kesempatan kita untuk menunaikan ibadah kepada-Nya. Kita tidak pernah tahu sampai kapan kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk melakukan ibadah secara sempurna. Namun, satu hal yang pasti adalah setiap detik yang kita lewati selalu berjalan maju menuju kematian. Semuanya akan sia-sia ketika kesempatan yang Allah berikan kepada kita tiba-tiba terhenti, sedangkan kita masih berbesar hati sambil mengatakan, “taubatnya besok saja”.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah berfirman, Wahai anak Adam, gunakan waktumu hanya untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku menjadikan dadamu penuh dengan rasa kecukupan dan Aku akan menutup kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukannya, maka Aku akan memenuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan menutup kefakiranmu.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Allah juga berfirman dalam surah Adz-Dzaariyat ayat 56-58 yang artinya, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh”.
Melalui ayat tersebut dapat ditafsirkan bahwa manusia hidup di dunia adalah hanya untuk menunaikan ibadah kepada Allah SWT. Jika seorang manusia tidak menunaikan ibadah kepada Allah SWT, maka tidak ada kerugian di sisi Allah melainkan manusialah yang merugi apabila ia tidak menunaikan kewajibannya kepada Allah SWT. Sebab, ibadah adalah cara kita meminta dan memohon apapun kepada Allah SWT.
Foto Ilustrasi jam weker sebagai waktu via https://intisari.grid.id
Penulis: elis Parwati