Doa Anak Yatim – Penting Sahabat ketahui tentang macam-macam taubat beserta caranya. Sebab, taubat akan menjadi wajib bagi mereka yang telah melakukan dosa.
Dalam buku Tafsir Ar-Rahmah, Dr. KH. Rachmat Morado Sugiarto mengutip pertanyaan Ibnu Fariz dalam kitabnya Mu’jam Maqaayiisil Lighah yang memaknai taubat sebagai Kembali. Artinya, apabila seseorang bertaubat atas dosa yang telah ia lakukan, maka ia meninggalkan dosa tersebut, bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَٱغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(QS. At-Tahrim : 8)
Apa itu Taubat?
Dalam Kamus Arab Indonesia karya Mahmud Yunus, secara bahasa, kata taubat berasal dari bahasa Arab yang artinya kembali dari maksiat kepada taat. Kata-kata lain yang berkaitan, seperti Taaba yang berarti bertaubat, Yatuubu yang berarti menyesal atas perbuatan dosa, Taubatan yang berarti taubat atau kembali, dan Taa’ibun yang berarti orang yang bertaubat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata taubat diartikan sebagai kesadaran dan penyesalan atas dosa atau perbuatan yang salah atau jahat, disertai dengan niat untuk memperbaiki tingkah laku dan perbuatan.
Dalam bukunya yang berjudul Tafsir Al-Azhar, Abdul Malik Abdulkarim Amrullah mengatakan bahwa secara istilah menurut Imam An-Nawawi, taubat adalah Tindakan yang wajib dilakukan atas setiap dosa. Apabila dosa yang dilakukan itu adalah maksiat dari seorang hamba terhadap Tuhannya, yang tidak bersangkutan dengan sesame anak Adam, maka syarat taubat kepada Allah itu ada perkara:
Pertama, berhenti dari maksiat seketika itu juga.
Kedua, merasa menyesal yang sedalam-dalamnya atas perbuatan yang salah itu.
Ketiga, memiliki tekad yang kuat untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Apabila salah satu dari ketiga syarat ini tidak terpenuhi, maka taubatnya dianggap tidak sah.
Dinukil dari buku Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas X karya H. Amanudin, orang yang bertaubat merupakan orang yang kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat-sifat yang terpuji, dari larangan Allah menuju perintah-Nya, dari maksiat menuju taat, dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridhai-Nya, kembali lagi kepada Allah setelah sekian lama meninggalkan-Nya. Pada hakikatnya taubat memiliki makna yaitu memantapkan diri untuk memohon ampun kepada Allah yang diawali dengan perbuatan akal atau pengetahuan, kondisi hati, dan tubuh atau tindakan.
Macam-macam Taubat
Dalam buku “Ya Allah, Mudahkan Rezeki dan Jodohku!” karya Ustadz Ahmad Sobiriyanto dijelaskan bahwa taubat terdiri dari dua macam. Berikut penjelasannya:
- Taubat mutlak yaitu taubat dari semua dosa dan maksiat yang kita lakukan dari dulu hingga kini.
- Taubat muqayyad yaitu bertaubat dari salah satu dosa tertentu yang pernah kita perbuat.
Sedangkan untuk tingkatannya, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali membagi tingkatan taubat menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
- Taubatnya orang awam, yaitu taubat yang dilakukan terhadap dosa-dosanya yang lahir dan nyata semisal mabuk-mabukkan, mencuri, membunuh, berzina dan sebagainya.
- Taubat yang khusus, yaitu taubat yang dilakukan karena dosa-dosanya batin seperti iri, dengki, takabur, ujub dan lain sebagainya.
- Taubat yang lebih khusus, yaitu taubat dari kealpaan dan kelalaian mengingat Allah SWT. Taubat macam inilah yang dilakukan Rasulullah.
Syarat-syarat DiterimanyaTaubat
Taubat seorang hamba akan diterima oleh Allah SWT apabila syarat-syaratnya telah terpenuhi. Dikutip dari buku Sukses Dunia Akhirat Dengan Istighfar dan Taubat karya Abu Utsman Kharisman, berikut adalah syarat-syarat taubat:
- Meninggalkan Kemaksiatan Karena Allah
Kemaksiatan terbagi menjadi dua yakni melakukan hal yang diharamkan dan meninggalkan kewajiban. Apabila kemaksiatannya adalah meninggalkan kewajiban, maka taubatnya adalah dengan melakukan kewajiban itu sendiri.
Contoh orang yang tidak melakukan sholat wajib, taubatnya dengan merubah perilakunya menjadi orang yang menegakkan sholat. Sebaliknya, apabila kemaksiatannya adalah melakukan hal yang diharamkan, seperti minum minuman keras, taubatnya adalah dengan menjauhi minum minuman keras dan sejenisnya yang memabukkan.
- Menyesal atas Perbuatan Dosanya
Tidak dianggap bertaubat seseorang yang tidak menyesali perbuatannya. Penyesalan tersebut didasari oleh pengakuan bahwa ia telah berdosa dan telah dzalim terhadap dirinya sendiri.
- Bertekad untuk Tidak Mengulangi Kesalahan
Sebagaimana dijelaskan dalam surah Ali-Imran ayat 135:
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahui(-nya).”
- Jika Berkaitan dengan Orang Lain, Kembalikan Haknya
Sebagai contoh, Apabila dosa tersebut berupa merampas harta orang lain, taubatnya harus dilakukan dengan mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya. Apabila dosa itu adalah dosa ghibah, maka kita harus meminta maaf kepada orang yang telah kita ghibahi. Di waktu lain, kita sebutkan kebaikan-kebaikannya dan memohon ampun kepada Allah, serta mendoakan kebaikan untuknya.
- Taubat Dilakukan saat Masih Terbuka Waktunya
Bagi semua orang, selama nyawa belum sampai di kerongkongan, jalan taubat masih terbuka lebar. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah An-Nisa’ ayat 18:
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِۚ حَتّٰىٓ اِذَا حَضَرَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ اِنِّيْ تُبْتُ الْـٰٔنَ وَلَا الَّذِيْنَ يَمُوْتُوْنَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۗ اُولٰۤىِٕكَ اَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا ١٨
Artinya: “Tidaklah tobat itu (diterima Allah) bagi orang-orang yang melakukan keburukan sehingga apabila datang ajal kepada seorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan, “Saya benar-benar bertobat sekarang.” Tidak (pula) bagi orang-orang yang meninggal dunia, sementara mereka di dalam kekufuran. Telah Kami sediakan azab yang sangat pedih bagi mereka.”
Sumber gambar: Viva
Penulis: Elis Parwati