Doa Anak Yatim – Menurut laman NU Online, doa merupakan salah satu bentuk ibadah seorang hamba kepada Tuhannya. Melalui doa, seorang hamba menunjukkan pengakuan akan kerendahan hati, kelemahan, dan kebutuhannya kepada Allah.
Dengan berdoa, hamba mengakui dirinya sebagai makhluk yang lemah dan tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga memohon kepada Sang Penciptanya. Mereka yang enggan berdoa dianggap sombong, karena merasa mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan Allah.
Oleh karena itu, para ulama mengajarkan untuk selalu berdoa kepada Allah dalam segala hal, bahkan untuk urusan yang sepele sekalipun.
Sebuah hadis mengajarkan agar seseorang meminta kepada Allah segala kebutuhannya, hingga jika tali sandal jepitnya putus, ia pun meminta kepada Allah (Ibnu Hajar Al-Haitami, al-Fathul Mubin bi Syarhil Arba’in [Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah], 2013: 422).
Dalam surat Al-Baqarah ayat 186, Allah berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
Artinya: “Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku dekat. Aku menjawab permohonan orang yang berdoa ketika ia berdoa kepada-Ku.”
Sementara dalam surat Ghafir ayat 60, Allah berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Artinya: “Tuhan kalian berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku maka Aku akan mengabulkan bagi kalian.’”
Dari kedua ayat tersebut, serta berbagai hadis Rasulullah, para ulama sering mendorong umat untuk terus berdoa dengan keyakinan penuh bahwa Allah akan mengabulkannya.
Keyakinan bahwa doa akan dikabulkan sangat penting, mencerminkan seberapa besar kepercayaan seorang hamba kepada Tuhannya. Allah sendiri telah menyatakan akan mengabulkan doa hamba-Nya, dan sebagai hamba, kita mempercayai dan meyakininya.
Namun, kita juga perlu memahami bahwa Allah memiliki berbagai cara untuk mengabulkan doa. Kadang permohonan hamba dikabulkan sesuai keinginannya dan dalam waktu yang cepat. Tapi tak jarang juga terjadi sebaliknya.
Imam Al-Baijuri dalam kitabnya Tuhfatul Murid ‘ala Jauharatit Tauhid menjelaskan bahwa dikabulkannya doa bisa terjadi dalam beberapa cara. Setidaknya, ada tiga cara yang disebutkan oleh beliau (Al-Baijuri, Tuhfatul Murid ‘ala Jauharatit Tauhid [Kairo: Darus Salam], 2015: 255).
Pertama, ada kemungkinan doa dikabulkan oleh Allah sesuai dengan permintaan hamba dalam waktu segera. Artinya, ketika seorang hamba memohon sesuatu kepada Allah, maka Allah memenuhi permintaan tersebut dengan cepat.
Misalnya, bila seorang hamba sakit dan meminta kesembuhan, maka Allah segera memberikan kesembuhan. Atau bila seorang hamba meminta dilunasi utangnya, maka Allah mengabulkan permintaan itu dengan segera.
Kedua, doa bisa dikabulkan sesuai permintaan hamba namun tidak dalam waktu segera. Allah menunda pengabulan doa tersebut karena ada hikmah tertentu yang hanya diketahui oleh Allah.
Misalnya, orang yang sakit memohon kesembuhan, tetapi Allah menunda kesembuhannya hingga satu atau dua tahun kemudian. Penundaan ini bukan karena Allah enggan mengabulkan doa, tetapi karena Allah lebih mengetahui hikmah dan manfaat dikabulkannya doa pada waktu yang tepat, bukan sekarang.
Tentang hal ini, Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya memberikan gambaran kepada murid-muridnya. Seorang ayah pulang membawa makanan kesukaan anaknya. Melihat itu, sang anak segera meminta makanan tersebut.
Namun, sang ayah menunda memberikannya karena tangan anaknya kotor. Penundaan ini bukan karena ayah enggan memberi, tetapi karena ingin anaknya mencuci tangan terlebih dahulu agar makanan yang dimakan tidak berdampak negatif.
Ketiga, doa bisa dikabulkan oleh Allah dalam bentuk yang lain, tidak sesuai dengan apa yang diminta oleh hamba. Hal ini karena apa yang diminta hamba mungkin tidak bermanfaat baginya, sedangkan apa yang diberikan Allah lebih bermanfaat.
Misalnya, seorang pelajar yang ingin melanjutkan pendidikan namun kekurangan biaya berdoa untuk mendapatkan beasiswa. Allah mengabulkan doanya, tetapi bukan dengan memberikan beasiswa melainkan pekerjaan yang menghasilkan uang untuk biaya pendidikan, yang mungkin lebih bermanfaat bagi pelajar tersebut.
Dengan demikian, keyakinan bahwa doa akan dikabulkan oleh Allah adalah penting. Sedangkan bagaimana cara Allah mengabulkannya, pastilah ada kebaikan di dalamnya. Wallahu a’lam.
Sumber gambar: CNN Indonesia
Penulis: Elis Parwati