Doa Anak Yatim – Ketika waktu yang cukup panjang dan melelahkan sudah kita lewati hingga penghujung tahun ini, saat itu juga kita mulai lebih banyak takut melanggar syariat Islam. Hal itu kerap kali membuat kita menerka jawaban. Sudah sampai mana kita hari ini? Berapa banyak amal yang sudah kita perbuat selama ini? Berapa banyak dosa yang kita perbuat? Baik itu dalam keadaan sadar ataupun tidak sadar. Setelah kita telaah, ternyata hanya sebanyak itu amal yang kita kumpulkan untuk menebus kebahagiaan di akhirat. Apakah sudah cukup? Tentu tidak. Sejumput garam pun sepertinya tidak mampu mengibaratkannya. Maka sudah selayaknya untuk menjadikan tersebut sebagai bahan untuk melakukan muhasabah diri.
Ada kalanya kita merasa bahwa semua tidak sebanding dengan segala dosa yang telah kita perbuat. Sekarang kita berada di sini, mari berdoa semoga mampu menjadi pribadi lebih baik dari masa-masa yang telah berlalu. Marilah kita mulai bersungguh-sungguh, karena di dunia ini kita hanya diberi waktu tiga hari untuk mengukir kebaikan.
Yang pertama dalam tiga hari itu adalah hari kemarin, hari yang sudah berlalu kita tidak mampu lagi mengubahnya. Kemudian yang kedua, adalah hari esok yang masih menjadi misteri dan kita tidak pernah tahu apakah kita masih ada kesempatan di dalamnya atau tidak? Dan yang terakhir adalah hari ini, hari di mana kita masih diberi kesempatan untuk melakukan kebaikan. Maka dengan itu, marilah manfaatkan hari ini dengan sebaik mungkin. Mari kita beramal dan melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya guna menjadi makhluk yang Allah SWT sukai.
Semua makhluk Allah SWT pasti mendambakan rahmat-Nya untuk dimasukkan ke tempat yang sangat indah nan diliputi berbagai macam kenikmatan luar biasa yaitu surga. Di sanalah kita akan merasakan kemenangan, kebahagiaan abadi dan kenikmatan yang tiada tandingannya. Di mana kita dibuat tidak pernah puas apabila kita hanya sekadar berdiri di depan pintu gerbangnya saja.
Di sanalah kita nanti mendapatkan kenikmatan yang menjadikan kita tidak akan pernah mau berhenti jika hanya sekadar masuk beberapa langkah di halamannya. Siapa pun tidak akan pernah berharap apa pun kecuali berharap sampai ke puncaknya yang paling tinggi.
Marilah kita lakukan muhasabah diri. Setiap sesuatu sudah pasti ada harganya. Semakin tinggi nilai sesuatu, maka semakin tinggi pula harganya. Jika kita ingin mencapai surga di akhirat, maka seseorang harus berada di posisi tinggi di dunia. Bukan kasta, jabatan, gelar atau pun hal sejenisnya. Melainkan dengan menjadi makhluk yang disukai Allah SWT untuk meraih sukses dunia akhirat. Karena kesuksesan hidup tidak hanya diukur atas pencapaian duniawi semata. Akan tetapi, tetap harus ada keseimbangan di dalam keduanya.
Coba bayangkan, misalkan kita berlomba untuk menciptakan masakan dengan cita rasa terbaik. Bumbu inti di setiap masakan tersebut kuncinya adalah garam dan gula. Kita menambahkan satu sendok makan gula dan dua sendok makan garam. Kira-kira apa yang akan terjadi? Apakah kita bisa menciptakan cita rasa makanan terbaik seperti yang kita bayangkan?
Tentunya bukan mendapatkan cita rasa terbaik, tetapi yang ada malah rasa keasinan yang bisa kita cecap. Sebab, di dalamnya tidak ada keseimbangan semuanya tidak sesuai aturan ketika kita menambahkan kedua bahan tersebut. Sama halnya dengan perihal pencapaian duniawi dan pencapaian akhirat yang patut kita jadikan sebagai muhasabah diri. Jika tidak ada keseimbangan di dalam keduanya, maka kita tidak akan mendapatkan apa yang kita harapkan.
Bukankah surga dan rahmat-Nyalah yang semua makhluknya harapkan?
Bersyukurlah bila kita memiliki keinginan untuk masuk ke dalam barisan makhluk yang disukai Allah SWT. Bersyukurlah bila saat ini kita ada di dalam barisan makhluk yang membawa penerang dan lentera kehidupan di tengah kegelapan.