Assalamu’alaikum Sahabat! Sudahkah kamu membaca Al-Kahfi hari ini?
Apa yang dijelaskan dalam surat Al-Kahfi, kita berlindung dari menjadi seseorang seperti mereka.
Saat Allah menjelaskan siapa manusia yan paling merugi di dunia ini? Dan inilah jawabannya.
اَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا ١
alladzîna dlalla sa‘yuhum fil-ḫayâtid-dun-yâ wa hum yaḫsabûna annahum yuḫsinûna shun‘â
Artinya : (Yaitu) orang-orang yang sia-sia usahanya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (QS. Al-Kahfi : 104)
Bagian yang lebih mengerikannya lagi adalah “Merasa telah melakukan yang sebaik-baiknya, namun ternyata sia-sia.”
Dilansir dari akun instagram Gen Saladin yang mengutip tafsir dari Imam Qurthubi yang menjelaskan, “yang menyebabkan amal itu menjadi sia-sia adalah salah satunya kerusakan dalam keyakinan (aqidah) atau riya’ (pamer dalam ibadah).”
Mengapa orang-orang bisa menganggap bahwa dirinya sudah menunaikan yang terbaik tapi ternyata malah tak bernilai apa-apa?
Seorang guru mentadabburi, “di kehidupan ini, memang ada ornag yang seperti itu: orang yang tidak tahu bahwa dia tidak tahu.”
Ia tidak sadar bahwa yang ia lakukan ternyata salah. Sangat menakutkan bukan? Orang yang seperti itulah yang biasanya paling susah dinasehati. Sebab, ia telah merasa benar, dan merasa tahu. Maka ketika ada seseorang yang menasihatinya, ia dengan keras tentu akan menolak.
Memang sangat berbahaya yang namanya “Illusion of Knowledge.” Dan mirisnya, ini terjadi bahkan mungkin tanpa sadar kita juga mengalaminya.
Akan tetapi, apakah Sahabat tahu apa itu Ilusi Pengetahuan? Ilusi pengetahuan adalah keyakinan bahwa seseorang sudah benar atau tahu sesuatu secara menyeluruh, padahal nyatanya pemahamannya tidak lengkap atau bahkan keliru.
Orang yang mengalami hal ini biasanya akan merasa ia sudah cukup tahu sehingga tidak terbuka pada ilmu tambahan. Ia juga akan menyimpulkan terlalu cepat berdasarkan pemahaman dangkal atau informasi yang salah. Atau bahkan ketika ia mengandalkan asumsinya, menganggap sesuatu benar tanpa memverifikasi atau mempertanyakan sumbernya.
Itulah alasan kenapa para ulama di antaranya Fudhail bin Iyadh menasehati tentang parameter supaya amalan kita bisa diterima dan tidak sia-sia.
Beliau berkata, “Akhlashuha, wa Ashwabuha..”
Dua Kriteria: yang paling tulus ikhlas, dan yang paling sesuai dengan ketentuan Allah serta Rasulullah SAW.
Dan supaya kita tak lagi jatuh pada perasaan sudah melakukan yang terbaik namun sia-sia; teruslah belajar.
Dr Mustafa Mahmud pernah bilang, “Sungguh Allah lebih dekat dengan mereka yang berusaha mengenal Allah dengan ilmu daripada mereka yang mengenal Allah hanya karena taklid.”
Taklid adalah sikap mengikuti perkataan atau pendapat orang lain tanpa mengetahui dalil atau hujjah yang digunakan olehnya.
Taklid dapat dibedakan dengan ittiba’, yaitu mengikuti pendapat orang lain dengan mengetahui dalilnya. Taklid yang diharamkan adalah taklid kepada orang lain tanpa mempedulikan Al-Qur’an dan hadits, atau taklid kepada orang yang tidak diketahui keahliannya.
Itulah yang paling ngeri. Orang yang muslim pun bisa sia-sia amalnya karena salah ilmu dan lalai dalam maksiat. Nah, di situlah kita harus berhati-hati. Naudzubillahi mindzalik. Semoga bermanfaat.
Sumber gambar: https://x.com/rose__58/
Penulis: Elis Parwati