Doa Anak Yatim – Apakah Sahabat Al Hilal merupakan salah satu yang sempat bolong puasanya pada Ramadhan kemarin? Mungkin karena alasan sakit, dalam perjalanan jauh, ataupun siklus bulanan (menstruasi) pada perempuan.
Kalau begitu, Sahabat Al Hilal wajib untuk mengganti puasa yang tertinggal, dengan puasa Qadha atau pengganti puasa Ramadan, ya! Hal tersebut dijelaskan dalam firman Allah SWT di surat Al-Baqarah ayat 184 di bawah ini:
أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ ۚ وَأَن تَصُومُوا خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Sesuai dengan riwayat dari Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam Hasyiyatul Iqna’ berikut.
ويشترط لفرض الصوم من رمضان أو غيره كقضاء أو نذر التبييت وهو إيقاع النية ليلا لقوله صلى الله عليه وسلم: من لم يبيت النية قبل الفجر فلا صيام له. ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر
Artinya: “Disyaratkan memasang niat di malam hari bagi puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa qadha, atau puasa nadzar. Syarat ini berdasar pada hadits Rasulullah SAW, ‘Siapa yang tidak memalamkan niat sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.’ Karenanya, tidak ada jalan lain kecuali berniat puasa setiap hari berdasar pada redaksi zahir hadits,” terang Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam Hasyiyatul Iqna’.
Jadi, jangan lupa untuk membaca bacaan niat puasa Qadha saat malam hari sebelum datang fajar, ya!
Niat Puasa Qadha
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah Ta’ala.”
Tata Cara Puasa Qadha
Qadha puasa adalah menggantikan puasa setelah bulan Ramadan yang telah ditinggalkan. Orang yang melakukannya yaitu mereka yang memiliki uzur seperti perempuan yang haid atau menstruasi, orang sakit yang bisa sembuh, dan musafir.
Puasa tersebut dilaksanakan sebanyak hari yang ditinggalkan sesuai dengan Al Quran surat Al-Baqarah ayat 184 yang telah disebutkan di atas. Adapun puasa ini bisa dilaksanakan secara terpisah maupun berurutan. Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah SAW berikut ini.
قَضَاءُ رَمَضَانَ إنْ شَاءَ فَرَّقَ وَإنْ شَاءَ تَابَعَ
“Qadha’ (puasa) Ramadhan itu, jika ia berkehendak, maka ia boleh melakukannya terpisah. Dan jika ia berkehendak, maka ia boleh melakukannya berurutan. ” (HR. Daruquthni, dari Ibnu ‘Umar)
Waktu Puasa Qadha
Waktu untuk melakukan Qadha puasa yaitu setelah bulan Ramadhan sampai dengan bulan Ramadhan berikutnya. Apabila orang yang bersangkutan meninggal dunia sebelum menunaikan kewajiban Qadha puasa Ramadhan, maka keluarganya wajib memenuhinya.
Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW berikut ini.
مَنْ مَاتَ وَ عَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ
“Siapa saja meninggal dunia dan mempunyai kewajiban Qadha puasa, maka walinya (keluarganya) berpuasa menggantikannya.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Aisyah)
Apabila seseorang lupa dengan jumlah hari yang ditinggalkan, maka tentukanlah jumlah yang lebih banyak. Kelebihan tersebut akan menjadi ibadah yang bernilai tersendiri. Kalau sudah, tunaikan ibadah ini dengan tidak lupa membaca niat puasa Qadha terlebih dahulu ya, Sahabat!
Sumber: iNews.id
Penulis: Aisyah