Doa Anak Yatim – Sahabat Al Hilal, dikutip dari laman Detik.com, bahwa penentu awal puasa Ramadhan ditentukan melalui dua metode.
Hal ini dilandasi oleh salah satu hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Berpuasalah kalian dengan melihat hilal dan berbukalah (mengakhiri puasa) dengan melihat hilal. Bila ia tidak tampak olehmu, maka sempurnakan hitungan Sya’ban menjadi 30 hari,” (HR Bukhari dan Muslim).
Dua metode penentu awal puasa Bulan Ramadhan yaitu sebagai berikut:
A. Metode Rukyatul Hilal
Secara bahasa, rukyat bermakna melihat dengan mata dan hilal berarti bulan sabit. Sehingga dapat diartikan dengan metode memantau keberadaan bulan di awal yang berbentuk sabit atau belum terlihat bulat dari bumi.
Penentuan awal Ramadhan dengan rukyatul hilal ini merupakan cara yang disyariatkan dalam Islam, sebagaimana Allah SWT pernah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 185 yang Artinya:
“Karena itu, barangsiapa di antara kamu menyaksikan (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan tersebut.”
Untuk menentukan awal puasa Ramadhan melalui rukyatul hilal, menurut Penyuluh Agama Nandang Syukur, harus dilakukan dengan rukyah.
Rukyah ini maksudnya adalah melihat bulan langsung dengan mata telanjang sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
“Menentukan awal Ramadhan dengan hilal adalah bukan dengan cara hisab. Namun yang lebih tepat dan sesuai dengan petunjuk Nabi SAW dalam mengenal hilal adalah dengan rukyah,” kata Nandang melalui laman Kementerian Agama Jawa Barat dan dikutip detikEdu, Jumat (28/1/2022).
Konsep awal Ramadhan menurut rukyatul hilal ini adalah hilal yang sudah terlihat di tanggal 29 Sya’ban, sesaat setelah terbenamnya matahari.
Seperti halnya yang pernah diterapkan oleh Rasulullah, beliau bersabda, bahwa “Sesungguhnya kami adalah umat ummiyah. Kami tidak mengenal kitabah (tulis-menulis) dan tidak pula mengenal hisab. Bulan itu seperti ini (beliau berisyarat dengan bilangan 29) dan seperti ini (beliau berisyarat dengan bilangan 30),” (HR Bukhari dan Muslim).
B. Ikmal
Selanjutnya, penentuan awal puasa Ramadhan dilakukan melalui metode ikmal atau istikmal. Metode inilah yang digunakan bila malam ke-29 Sya’ban, hilal juga masih belum terlihat karena terhalang awan atau cuasa.
Metode ini juga disinggung dalam hadits Rasulullah yang dijelaskan sebelumnya. Konsep dari metode ikmal pada dasarnya adalah menggenapkan hitungan bulan menjadi 30 hari, seperti yang dikutip dari buku Bekal Ramadhan oleh Ahmad Zarkasih.
“Ikmal atau istikmal adalah menggenapkan hitungan bulan menjadi 30 hari, pada saat hilal tidak nampak di tanggal 29 Sya’ban itu,” tulis buku tersebut.
Mengenai metode awal Ramadhan ini, seorang ulama Syafi’i yang bernama Al Mawardi pernah berpendapat.
Ia menyebut, Allah SWT jalan tengah dari keragu-raguan antara tanggal 29 dan 30 yakni dengan mengambil keputusan hari ke-30 sebagai awal bulan.
“Karena Allah Ta’ala menetapkan bulan tidak pernah lebih dari 30 hari dan tidak pernah kurang dari 29 hari. Jika terjadi keragu-raguan pada hari ke-29, maka berpeganglah dengan yang yakin yaitu hari ke-30 dan buang jauh-jauh keraguan yang ada.” kata Al Mawardi, dilansir dari laman Kementerian Agama Jawa Barat.
Nah, sekarang sudah tahu kan metode apa saja yang dilakukan untuk mengetahui kapan puasa Ramadhan dilaksanakan?
Demikianlah metode penentuan puasa awal Ramadhan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Semoga bermanfaat ya, Sahabat Al Hilal!
Sumber gambar: muslimah.or.id
Penulis: Aisyah