Doa Anak Yatim – Sahabat Al Hilal, tak terasa sebentar lagi kita akan memasuki Hari Raya umat muslim, yaitu Hari Raya Idul Adha. Yang dimana, setiap muslim diperintahkan untuk melaksanakan ibadah qurban. Namun, apa arti dari qurban itu sendiri?
Qurban berasal dari bahasa Arab (qaraba-yaqrabu-qurbanan) yang artinya ialah mendekatkan diri, sebagaimana dikutip dari uraian “Penyembelihan, Kurban, dan Akikah” yang ditulis oleh Ubaidillah.
Sementara dari segi istilah dalam syariat Islam, pengertian kurban adalah tindakan menyembelih binatang kurban dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kurban juga berfungsi sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya tersebut.
Sejarah ibadah qurban ini dapat dilacak jauh sebelum masa Nabi Muhammad SAW, yakni saat Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih anaknya, Ismail AS.
Rasulullah SAW menceritakan sendiri sejarah qurban kepada sahabat-sahabatnya. Dalam riwayat Zaid bin Arqam,
Para sahabat bertanya kepada Nabi SAW: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban itu?
Rasulullah SAW menjawab: ‘Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim’,” (H.R. Ahmad dan Ibnu Majah).
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir (1992), dijelaskan bahwasanya Nabi Ibrahim tidak memiliki anak dalam waktu yang cukup lama. Istrinya, Sarah semakin tua dan kian sulit mengandung.
Melihat keinginan Ibrahim yang demikian besar untuk memiliki anak, sementara Sarah merasa tak sanggup memenuhinya, ia mengajurkan Ibrahim agar menikahi budak mereka, Siti Hajar. Dari pernikahan Ibrahim dengan Siti Hajar, lahirlah Ismail.
Ketika anak pertamanya tersebut lahir, Ibrahim sudah tergolong renta. Usianya sekitar 86 tahun. Ismail lantas sangat disayangi oleh Nabi Ibrahim. Terlebih lagi, seiring ia tumbuh besar, Ismail menunjukkan tindak-tanduk luhur dan budi pekerti yang mulia.
Pada suatu waktu, Ibrahim bermimpi bahwa ia menyembelih anaknya, Ismail. Mimpi itu ia dapatkan pada 8 Zulhijah.
Ia kemudian merenungi arti mimpinya tersebut. Momen perenungan Ibrahim itu diabadikan sebagai hari Tarwiyah dalam Islam.
Dalam bahasa Arab, rawwa-yurawwi-tarwiyatan berarti merenung. Pada hari Tarwiyah (8 Zulhijah), umat Islam dianjurkan berpuasa; dilanjutkan dengan hari Arafah (9 Zulhijah), yang merupakan peringatan atas ketaatan Nabi Ibrahim kepada perintah Allah SWT.
Keesokan harinya (9 Zulhijah), Ibrahim mengetahui (arafa) bahwa mimpinya itu adalah wahyu dari Allah SWT. Nabi Ibrahim sampai pada kesimpulan bahwasanya Allah SWT menginginkan ia menyembelih anaknya sendiri, Ismail.
Allah SWT menggambarkan kisah Ibrahim dan Ismail ini dalam Al-Quran surah As-Shaffat ayat 99-113. Pada ayat 102, Allah SWT berfirman:
“Maka tatkala anak itu sampai [pada umur layak] berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?” (QS. As-Shaffat [37]: 102).
Dengan penuh ketaatan pada Allah SWT, Ismail menerima perintah tersebut. Namun, saat Ibrahim akan menyembelih Ismail, Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor kambing gibas, yang bulunya panjang, tebal, dan keriting.
Sumber gambar: id.theasianparent.com
Penulis: Aisyah