Doa Anak Yatim – Allah SWT menurunkan al Quran sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia agar mereka bisa mengetahui apa yang dikehendaki serta diridhoi oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman:
هَـٰذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” [QS. al-Jatsiyah: 20]
Ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwa pentingnya memahami serta merenungkan makna dari Al Quran. karena, ia merupakan pedoman bagi kita selaku umat manusia di dunia. Membaca Al Quran tentunya merupakan sebuah amalan yang mulia, namun tak boleh bagi kita hanya membacanya saja tanpa berusaha untuk mempelajari kandungan serta maknanya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
المطلوب من القرآن هو فهم معانيه والعمل به، فإن لم تكن هذه همة حافظه لم يكن من أهل العلم والدين
“Yang harus kita lakukan terhadap al-Qur’an adalah memahami maknanya dan mengamalkannya. Jika hal ini bukanlah tujuan utama dari seorang penghafal al-Qur’an, maka dia tidak akan menjadi ahli ilmu dan ahli agama.” [Majmu’ Fatawa, 23: 55]
Sekedar semangat untuk meng-khatam-kan al Quran tanpa berusaha memahami maknanya itu, telah disinggung oleh al-Hasan al Bashriy rahimahullah. Beliau rahimahullah berkata:
يا ابن آدم، كيف يرق قلبك وإنما همتك في آخر السورة؟!
“Wahai anak Adam, bagaimana hatimu bisa lembut, sementara semangatmu hanya tertuju pada bagaimana mencapai akhir surat?” [Mukhtashar Qiyamil Lail, karya al-Maruziy, hlm. 150]
Tadabbur merupakan Kunci untuk Merasakan Kelezatan Al Quran. Itulah mengapa para ulama menyemangati kita untuk men-tadabbur-i dan merenungkan makna al Quran, sehingga kita dapat merasakan nikmatnya al Quran dan dapat mengamalkan kandungannya. Badruddin az-Zarkasyiy rahimahullah berkata:
من لم يكن له علم وفهم وتقوى وتدبر، لم يدرك من لذة القرآن شيئا.
“Barangsiapa yang tidak memiliki ilmu, pemahaman, takwa, dan tadabbur, maka dia tidak akan merasakan kelezatan al-Qur’an sama sekali.” [al-Burhan fiy ‘Ulumil Qur’an, karya az-Zarkasyiy, 2: 155]
Demikian pula, Ibnu Jarir ath-Thabariy rahimahullah berkata,
إني لأعجب ممن قرأ القرآن ولم يعلم تأويله كيف يلتذ بقراءته.
“Sungguh aku takjub kepada orang yang membaca al-Qur’an tetapi tidak mengetahui tafsirnya. Bagaimana dia bisa merasakan kelezatan dari apa yang dia baca?” [Mu’jamul Adibba’, karya Yaqut al-Hamawiy, 4: 2453]
Sedikit Ayat Disertai Tadabbur atau Banyak Ayat tanpa Tadabbur? Mana yang harus kita pilih? Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
فإذا قرأه بتفكر حتى مر بآية وهو محتاج إليها في شفاء قلبه، كررها ولو مائة مرة ولو ليلة، فقراءة آية بتفكر وتفهم خير من قراءة ختمة بغير تدبر وتفهم، وأنفع للقلب، وأدعى إلى حصول الإيمان وذوق حلاوة القرآن.
“Jika seseorang membaca al-Qur’an dengan perenungan hingga sampai pada sebuah ayat yang dia butuhkan untuk mengobati hatinya, maka dia mengulang-ulang ayat tersebut walaupun sampai seratus kali atau bahkan sampai semalaman. Maka, membaca satu ayat dengan memikirkannya dan memahaminya itu lebih baik, lebih bermanfaat untuk hati, dan lebih mampu untuk memupuk iman dan merasakan manisnya al Quran, daripada sekadar meng-khatam-kan al-Qur’an tanpa men-tadabburi-nya dan memahaminya.” [Miftah Daris Sa’adah, karya Ibnul Qayyim, 1: 187]
Sumber gambar: Pesantren Yatim Al Hilal
Penulis: Aisyah