Doa Anak Yatim – Puasa Tasua dan Asyura merupakan dua ibadah puasa sunnah yang dilaksanakan pada bulan Muharram. Meskipun sunnah, mengerjakan dua puasa ini memberikan banyak keutamaan. Menurut buku Fiqih Kontroversi Jilid 2 oleh H.M Anshary, Puasa Tasua dikerjakan pada 9 Muharram, sedangkan Puasa Asyura pada 10 Muharram.
Pada awalnya, Rasulullah SAW mewajibkan umat Islam untuk berpuasa Tasua dan Asyura. Namun, kewajiban tersebut berubah setelah syariat puasa Ramadan turun. Hal ini didasarkan pada hadits yang menceritakan bahwa ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Rasulullah SAW bertanya mengenai hari tersebut dan mereka menjawab bahwa itu adalah hari ketika Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka, sehingga Musa AS berpuasa sebagai bentuk syukur kepada Allah. Rasulullah SAW kemudian berkata bahwa kaum muslimin lebih berhak menghormati Musa AS daripada mereka, dan beliau pun berpuasa serta memerintahkan para sahabat untuk berpuasa juga (HR Muslim).
Dalil Puasa Tasua dan Asyura
Banyak hadits yang mensyariatkan puasa Tasua dan Asyura pada 9 dan 10 Muharram. Dalam buku Panduan Lengkap Puasa Wajib dan Sunnah oleh Muhammad Ghazali, beberapa dalil yang menguatkan puasa ini adalah:
Dalil 1
أفضل الصيام بعد رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الحَرَمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاةِ بَعْدَ الفريضة صلاة الليل
Artinya: “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa di bulan Allah, Muharram. Sedangkan salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR Muslim)
Dalil 2
“Wahai Rasulullah, hari ini (10 Muharram) adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani.’ Maka beliau bersabda, ‘Apabila tiba tahun depan, insyaallah (jika Allah menghendaki), kita akan berpuasa juga pada hari kesembilan.’ Ibnu Abbas mengatakan, ‘Belum sampai tahun depan, Nabi SAW sudah meninggal dunia’.” (HR Muslim no. 1134)
Dalil 3
“Selisihilah orang-orang Yahudi, puasalah pada hari kesembilan dan kesepuluh Muharam.” (Riwayat ini terdapat dalam kitab Zaadul Ma’ad karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. Statusnya sahih, tetapi diriwayatkan secara mauquf).
Dalil 4
Diriwayatkan dari Abu Qatadah Al-Anshary, Rasulullah SAW bersabda,
“Puasa Arafah menghapus dosa dua tahun yang lalu dan yang akan datang, sementara puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim no. 1162)
Dari dalil-dalil hadits puasa sunnah di atas diketahui sunnah melakukan puasa Tasua dan Asyura yakni pada hari kesembilan dan kesepuluh bulan Muharram. Hal ini dilakukan sebagai pembeda dengan puasa orang Yahudi.
Hukum Puasa Tasua dan Asyura
Menurut Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili dalam bukunya Fiqih Islam wa Adillatuhu, para ulama sepakat bahwa hukum puasa Tasua dan Asyura adalah sunnah. Orang yang mengerjakannya akan mendapat ganjaran, sementara yang meninggalkannya tidak berdosa. Kesunnahan puasa ini didasarkan pada hadits dari Ibnu Abbas RA yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
لَئِنْ عِشْتُ إلَى قَابِلٍ لاَصُومَنَّ التَّاسِعَ
Artinya: “Sungguh, jika aku masih hidup sampai tahun depan, niscaya aku akan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 (Muharram).” (HR Ahmad)
Tidak ada kewajiban dalam mengamalkan puasa Tasua dan Asyura, hal ini juga didasarkan pada sabda Rasulullah SAW berikut,
إِنْ هَذَا الْيَوْمَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ وَلَمْ يُكْتَبْ عَلَيْكُمْ صِيَامُهُ، فَمَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيُفطرْ
Artinya: “Sesungguhnya hari ini adalah hari Asyura. Kalian tidak diwajibkan berpuasa pada hari ini. Terserah kalian apakah mau berpuasa atau tidak.” (HR Bukhari dan Muslim)
Waktu Pelaksanaan Puasa Tasua dan Asyura 2024
Berdasarkan kalender Hijriyah Indonesia Tahun 2024 M/1446 H yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama RI, jadwal puasa Tasua dan Asyura adalah sebagai berikut:
- Puasa Tasua: Senin, 15 Juli 2024 (9 Muharram 1446 H)
- Puasa Asyura: Selasa, 16 Juli 2024 (10 Muharram 1446 H)
Dengan memahami pengertian, dalil, hukum, dan waktu pelaksanaan puasa Tasua dan Asyura, diharapkan umat Islam dapat melaksanakan ibadah ini dengan lebih baik dan meraih keberkahan serta keutamaan yang dijanjikan.
Sumber gambar: Google
Penulis: Elis Parwati