Doa Anak Yatim – Apa yang akan terjadi hari ini dan hari selanjutnya tidak pernah ada yang tahu. Temasuk kapan waktu terakhir kita hidup di dunia tidak ada yang tahu soal hal itu melainkan atas izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Oleh sebab itu, islam kerap kali mempergunakan diksi “Kematian” sebagai nasihat yang paling makbul untuk membuat semua umat tidak terhanyut ke dalam dunia beserta isinya yang bersifat Fanna, serta menjadi motivasi supaya mempersiapkan perbekalan untuk di akhirat kelak.
Sebuah hadist mengungkapkan bahwa Rasulullah SAW pernah memberi nasihat :
“Apabila kamu (hendak) mendirikan shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang hendak berpisah.” (HR. Ibnu Majah)
Maksudnya adalah, jadikan sholat kita seolah-olah yang terakhir bagi kita sebelum ajal datang menjemput. Perbaikilah amal perbuatan kita, sedikitkan angan-angan kita, karena bisa jadi ajal telah menanti di depan mata.
Jadikan kematian sebagai alat untuk membantu kita semakin khusyuk dalam beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Begitu juga saat ini, ketika kita berada di bulan suci Ramadhan bulan suci penuh ampunan. Bagaimana jadinya apabila Ramadhan yang sedang dijalani ini adalah Ramadhan terakhir kita? Terlebih lagi di masa pandemi yang kadang kita tidak tahu siapa yang ditakdirkan gugur terlebih dahulu?
Oleh sebab itu, jadikan ini sebagai titik kesadaran supaya kita makin semangat dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan, semakin dekat dengan Allah, selalu introspeksi diri serta tak pernah lelah atau pun bosan dalam menyiapkan bekal yang banyak dan sebaik-baiknya.
Sehingga Ramadhan ini menjadi awal dimana berkahnya hidup kita dan menjadi momentum yang paling spesial sepanjang hidup. Dengan ini kita bisa mendapatkan dua keuntungan. Yang pertama, jika Ramadhan kali ini adalah Ramadhan terakhir kita, maka setidaknya kita sudah berikhtiar untuk melakukan persiapan semaksimal dan sebaik mungkin untuk amal kita.
Kedua, jika Allah masih memberikan kesempatan bagi kita untuk bertemu dengan Ramadhan selanjutnya, maka kita juga beruntung karena masih dikaruniai waktu untuk menyiapkan bekal yang lebih baik lagi dari Ramadhan yang telah kita lalui di waktu sebelumnya.
Apabila kesempatan emas ini hanya dijadikan formalitas belaka seperti amalan yang disambil lalu, atau rutinitas tahunan yang tidak memiliki dampak pada jiwa dan amal ibadah kita, maka pesan dari Rasulullah SAW ini perlu kita renungkan :
“Dan celakalah seseorang, bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan,” (HR. Tirmidzi) Ali bin Sulthan menjelaskan bahwa, sebab seorang hamba tidak diampuni karena kekurangan yang ada pada diri hamba yang telah diberi kesempatan.
Jika diperkirakan, yang mengalami kegagalan untuk menjalankan ketaatan di bulan Ramadhan ini adalah orang-orang yang persiapannya masih kurang maksimal dan salah persepsi. Jika sudah siap, tentunya kita akan mempersiapkannya dari jauh-jauh hari dengan sungguh-sungguh.
Salah persepsi, karena mereka kerap kali menganggap bahwa taat itu hanya di bulan Ramadhan saja. Padahal, Ramadhan justru merupakan wadah untuk kita mengawali segala kebaikan yang ujian kelulusannya adalah pada bulan-bulan selanjutnya setelah Ramadhan ini berlalu.
Jadi, jika kali ini adalah bulan puasa terakhir kita, kira-kira apa yang akan kita lakukan? Semoga Allah senantiasa melindungi dan membimbing kita ke jalan terbaik di dunia hingga akhirat. Aamiin Yaa Rabbal’alaamiin.
Sumber gambar: aspirasiku.id
Penulis: Elis