Doa Anak Yatim – Hidup manusia di dunia ini sering kali digambarkan sebagai sesuatu yang sangat singkat, ibarat hanya “tiga hari.” Ungkapan ini mengajak kita merenungkan arti kehidupan dan bagaimana kita seharusnya memanfaatkannya. Dalam perspektif Islam, hidup di dunia hanyalah persinggahan sementara menuju kehidupan yang kekal. Maka, bagaimana seharusnya kita memaknai ungkapan “hidup hanya 3 hari”?
Hari Kemarin: Masa Lalu yang Tak Bisa Diubah
Hari pertama dalam hidup kita adalah kemarin, masa lalu yang sudah kita lewati. Kita tidak bisa mengubah apa pun yang sudah terjadi. Segala kebaikan, kesalahan, dan keputusan yang kita buat di hari kemarin adalah cerminan dari perjalanan kita. Dalam Islam, masa lalu adalah tempat belajar. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari kemarin.” Oleh karena itu, kita harus mengambil pelajaran dari masa lalu, memperbaiki kesalahan, dan memanfaatkan pengetahuan yang kita dapat untuk menjalani hidup yang lebih baik.
Masa lalu adalah guru terbaik. Setiap pengalaman, baik manis maupun pahit, membentuk diri kita yang sekarang. Namun, kita tidak bisa terjebak di dalamnya. Seorang Muslim yang baik harus bisa memetik hikmah dari hari kemarin tanpa menyesali takdir Allah, dan berusaha untuk tidak mengulang kesalahan yang sama.
Hari Ini: Kesempatan untuk Berbuat Baik
Hari kedua adalah hari ini, masa sekarang di mana kita memiliki kendali penuh atas tindakan kita. Hari ini adalah kesempatan yang Allah berikan untuk memperbaiki diri, berbuat kebaikan, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam Islam, konsep hidup hari ini sangat penting. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: waktu mudamu sebelum datang masa tuamu, waktu sehatmu sebelum datang sakitmu, waktu kayamu sebelum datang miskinmu, waktu luangmu sebelum datang sibukmu, dan hidupmu sebelum datang matimu.”
Hari ini adalah momen yang harus kita manfaatkan sebaik-baiknya. Kita tidak tahu apakah besok masih menjadi milik kita. Oleh karena itu, perbanyaklah amal saleh, ibadah, dan kebaikan. Jangan menunda-nunda kebaikan, karena hari ini adalah kesempatan yang nyata untuk berbuat baik.
Hari Esok: Hari yang Tak Pasti
Hari ketiga dalam hidup kita adalah esok hari, yang belum tentu kita capai. Esok adalah misteri yang hanya diketahui oleh Allah. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, apakah kita masih diberi kesempatan untuk hidup atau tidak. Itulah sebabnya, Islam mengajarkan kita untuk tidak terlalu bergantung pada esok hari. “Dan janganlah kamu sekali-kali mengatakan terhadap sesuatu, ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi,’ kecuali dengan mengatakan ‘Insya Allah’.” (QS. Al-Kahfi: 23-24).
Esok hari adalah harapan, tetapi bukan kepastian. Kita bisa merencanakan, tetapi hanya Allah yang menentukan. Oleh karena itu, berbekallah untuk hari esok, baik itu esok di dunia maupun esok di akhirat. Jangan biarkan harapan kita pada hari esok membuat kita lalai dengan tanggung jawab hari ini. Rencanakan masa depan, tapi jalani hari ini dengan penuh kesadaran bahwa hidup ini fana.
Ungkapan “hidup hanya tiga hari” mengingatkan kita untuk selalu bijak dalam memanfaatkan waktu. Masa lalu adalah tempat belajar, masa kini adalah waktu untuk bertindak, dan masa depan adalah sesuatu yang tidak pasti. Sebagai manusia yang beriman, kita harus menjalani hidup dengan penuh kesadaran akan keterbatasan waktu dan kesempatan.
Dalam Islam, waktu adalah anugerah yang harus dimanfaatkan dengan baik. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-‘Asr: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.” (QS. Al-Asr: 1-3).
Hidup hanya “tiga hari” seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus berbuat kebaikan, memohon ampunan atas kesalahan di masa lalu, dan tidak menunda-nunda amal saleh. Karena esok hari tidak ada yang bisa menjamin, kecuali Allah SWT.
Sumber foto: google.com
Penulis: Nafisah Samratul Fuadiyah