Doa Anak Yatim – Sahabat Al Hilal, di era yang modern ini, berbelanja menjadi semakin mudah untuk dilakukan. Dahulu, berbelanja harus dilakukan dengan cara mengunjungi toko secara langsung. Namun, kini Sahabat dapat berbelanja hanya dengan mengotak-atik gadget kesayangan.
Namun, kerap kali dengan kemudahan tersebut menjadikan kita kalap untuk berbelanja berlebihan. Tanpa sadar, gaji bulanan pun habis seketika. Padahal, agama Islam telah mengantisipasi hal tersebut. Allah SAW melarang hamba-Nya untuk bersikap boros.
Seperti yang kita ketahui, boros merupakan perilaku menghambur-hamburkan uang atau menghabiskan uang. Sebagaimana dalam surat Al Isra ayat 26 dan 27 Allah SWT telah berfirman,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’: 26-27).
Orang-orang yang boros bahkan termasuk saudara dari setan. Perihal tersebut, Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan mengapa manusia boros termasuk saudara setan. Beliau menyebut, perilaku boros dekat dengan perilaku buruk lainnya, yakni pelit dan berlebih-lebihan. Kedua sifat tersebut merupakan sifat setan loh, Sahabat! Hal ini mengacu pada firman Allah SWT:
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian”. (QS. Al Furqan: 67). (Taisir Al Karimir Rohman, 456)
Beda halnya jika menginfakkan uang untuk keperluan agama. Salah satunya yaitu kisah sahabat Nabi, Abud Dahdaa Al Anshori. ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menceritakan kisah Abud Dahdaa manakala turun firman Allah SWT:
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ
“Barang siapa memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak” (QS. Al Hadid: 11)
Mendengar firman tersebut, Abud Dahdaa langsung memberikan kebun kurmanya yang memiliki 600 pohon kurma kepada Rasulullah. Dan Rasulullah pun berkata bahwa balasan baginya adalah kebun kurma dengan buah mutiara di surga.
Penulis: Aisyah