Doa Anak Yatim – Sebuah hadis berbunyi “Al-mar-u Ma’a man Ahabba” yang artinya: “seseorang (akan dikumpulkan) bersama orang yang dicintainya”. (HR Al-Bukhari dan Imam Muslim).
Ketika seseorang mencintai orang-orang soleh, maka pada Hari Kiamat kelak ia akan dikumpulkan bersama orang-orang soleh, meskipun ia bukan golongan orang-orang soleh.
Begitu juga ketika kita mencintai Rasulullah SAW, maka kita akan dikumpulkan bersama beliau. Rasulullah SAW pernah mengingatkan hal ini:
“Dan barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka ia telah mencintaiku. Dan barangsiapa yang telah mencintaiku, maka aku bersamanya di Surga.” (HR. Al-Tirmidzi, al-Marwazi, al-Thabrani, al-Lalika’i, Ibn Baththah dan Ibn Syahin).
Betapa beruntungnya mereka yang benar-benar mencintai Rasulullah SAW dalam hidupnya. Kenapa kita harus mencintai Rasulullah SAW? Dai lulusan Al-Azhar Mesir Ustaz Muchlis Al-Mughni menjawabnya secara lugas dalam tausiyah edisi “Cinta Rasul”.
Kata Ustaz Muchlis, Nabi Muhammad datang membawa rahmat dan hidayah untuk seluruh umat. Jika tidak ada beliau maka sudah bisa ditebak kehidupan kita akan gelap gulita. “Karena kecintaan beliau yang amat besar kepada umatnya, beliau tidak ingin kita sesat dan jauh dari Allah ‘Azza wa Jalla. Jangan sampai beliau atau kita sendiri bertepuk sebelah tangan tidak menyambut cintanya dengan cinta kita yang sepenuh hati,” kata Dai yang juga salah satu imam di Masjid Cut Meutia Menteng Jakarta Pusat ini.
Alasan lain, kata Ustaz Muchlis , karena usaha keras beliau dan sungguh-sungguh secara total ingin menyelamatkan umat dari siksa neraka.
Karena perlindungan beliau terhadap kita, beliau menegaskan, “Aku orang yang lebih utama melindungi orang beriman dari pada diri mereka sendiri”. Karena mencintai Rasulullah SAW akan merealisasikan manisnya iman dalam hati muslim. Kesempurnaan iman tidak tercapai tanpa mencintai beliau.
Dengan mencintai Rasulullah SAW, maka kita akan mendapatkan kedudukan tinggi di surga bersama beliau.
Akhlak Mulia Al-Aswad radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang akhlak baginda Rasulullah SAW, Aisyah pun menjawab: “Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.” Aku (Al-Aswad) pun pernah menanyakan kepada ‘Aisyah apa yang dilakukan Rasulullah jika beliau sedang di rumah? Aisyah menjawab: “Jika beliau sedang di rumah, maka beliau mengerjakan pekerjaan rumah yang bisa dilakukan istrinya, dan jika waktu salat tiba maka beliaupun berwudhu lalu pergi shalat.” Aisyah bertestimoni tentang suaminya Rasulullah , “Beliau tidak pernah memukul pembantunya apalagi terhadap istrinya, beliau tidak pernah memukulkan tangannya kecuali saat berjuang di jalan Allah.” Sahabat Anas radhiyallahu ‘anhu menceritakan pengalamannya 10 tahun menjadi pembantu Rasulullah . “Sepuluh tahun aku melayani Rasulullah dan tidak pernah beliau membentakku apalagi usil mempertanyakan kenapa kau kerjakan yang ini, kenapa tidak kerjakan yang itu.”
Masya Allah Tabarakallah, Rasulullah tak pernah mengajarkan kekerasan, bahkan beliau memberikan cinta serta berlemah lembut kepada istri dan pembantunya.
Semoga kita senantiasa menjadi golongan orang-orang yang mencintai dan meneladani sikap Rasulullah SAW, sehingga pada Hari Kiamat kelak, kita akan berkumpul bersama beliau. Aamiin Yaa Rabbal Alaamiin.
Sumber gambar: kutub.id
Penulis: Aisyah