Doa Anak Yatim – Sahabat al Hilal, seringkali kita jumpai orang yang meremehkan utang. Jangan remehkan soal hutang piutang! Jika sudah mampu, janganlah menunda untuk membayarnya. Dalam Islam, hutang diperbolehkan, namun ada adabnya. Dikutip dari laman sumbarprov.go.id, Ada 11 adab utang piutang dalam Islam, yaitu :
1. Jangan Pernah Lupa Mencatat
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيْنٍ إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوهُ ۚ… سورة البقرة282
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya.” (QS Al-Baqarah: 282)
2. Jangan Pernah Berniat Tidak Melunasi Utang
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ قَالَ أَيُّمَا رَجُلٍ يَدَيَّنُ دَيْنًا وَهُوَ مُجْمِعٌ أَنْ لاَ يُوَفِّيَهُ إِيَّاهُ لَقِيَ اللَّهَ سَارِقًا . رواه ابن ماجة2410
“Siapa saja yang berutang, sedang ia berniat tidak melunasi utangnya, maka ia akan bertemu Allah sebagai seorang PENCURI.” (HR Ibnu Majah ~ hasan shahih)
3. Punya Rasa Takut Jika Tidak Bayar Utang, Karena Alasan Dosa Yang Tidak Diampuni Dan Tidak Masuk Surga
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ “ يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ ” . رواه مسلم1886
“Semua dosa orang yang mati syahid diampuni KECUALI utang”. (HR Muslim)
4. Jangan Merasa Tenang Kalau Masih Punya Utang
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ” مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِيَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ ” . رواه ابن ماجة2414
“Barangsiapa mati dan masih berutang satu dinar atau dirham, maka utang tersebut akan dilunasi dengan (diambil) amal kebaikannya, karena di sana (akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR Ibnu Majah ~ shahih)
5. Jangan Pernah Menunda Membayar Utang
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ “ مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ، فَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيٍّ فَلْيَتْبَعْ ”. رواه البخاري 2287 ، مسلم 1564 ، النسائي 4688 ، ابو داود 3345 ، الترمذي1308
“Menunda-nunda (bayar utang) bagi orang yang mampu (bayar) adalah kezaliman.” (HR Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud, Tirmidzi)
6. Jangan Pernah Menunggu Ditagih Dulu Baru Membayar Utang
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ” أَعْطُوهُ فَإِنَّ مِنْ خِيَارِ النَّاسِ أَحْسَنَهُمْ قَضَاءً ”. رواه البخاري 2392 ، مسلم 1600 ، النسائي 4617 ، ابو داود 3346 ، الترمذي1318
“Sebaik-baik orang adalah yang paling baik dalam pembayaran utang. (HR Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud, Tirmidzi)
7. Jangan Pernah Mempersulit Dan Banyak Alasan Dalam Pembayaran Utang
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ “ أَدْخَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ رَجُلاً كَانَ سَهْلاً مُشْتَرِيًا وَبَائِعًا وَقَاضِيًا وَمُقْتَضِيًا الْجَنَّةَ ” . رواه ابن ماجة 2202 ، النسائي4696
“Allah ‘Azza wa jalla akan memasukkan ke dalam surga orang yang mudah ketika membeli, menjual, dan melunasi utang.” (HR An-Nasa’i, dan Ibnu Majah)
8. Jangan Pernah Meremehkan Utang Meskipun Sedikit
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ “ نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ ”. رواه الترمذي 1078 ، ابن ماجة2506
“Ruh seorang mukmin itu tergantung kepada utangnya sampai utangnya dibayarkan.” (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
9. Jangan Pernah Berbohong Kepada Pihak Yang Memberi Utang
قَالَ ” إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ ”. البخاري 2397 ، 833 ، مسلم 589 ، ابو داود 880 ، النسائي 5472 ،5454
“Sesungguhnya, ketika seseorang berutang, maka bila berbicara ia akan dusta dan bila berjanji ia akan ingkar.” (HR Bukhari dan Muslim)
10. Jangan Pernah Berjanji Jika Tidak Mampu Memenuhinya
…وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ ۖ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا… سورة الإسراء 34
“… Dan penuhilah janji karena janji itu pasti dimintai pertanggungjawaban ..” (QS Al-Israa’: 34)
11. Jangan Pernah Lupa Doakan Orang Yang Telah Memberi Utang
وَمَنْ آتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ ” . رواه النسائي 2567 ، ابو داود5109
“Barang siapa telah berbuat kebaikan kepadamu, balaslah kebaikannya itu.
Jika engkau tidak menemukan apa yang dapat membalas kebaikannya itu, maka berdoalah untuknya sampai engkau menganggap bahwa engkau benar-benar telah membalas kebaikannya.” (HR An-Nasa’i dan Abu Dawud)
Sumber: bacaanmadani.com
Penulis: Aisyah