Tak sedikit Masyarakat Indonesia yang belum
mengetahui bagaimana 10 Muharram menjadi hari raya Anak Yatim atau Idum Yatama
selain Bulan Muharram adalah Bulan Pembuka bagi Tahun Baru Hijriyah. Lantas,
apa yang mendasari 10 Muharaam menjadi Lebaran Anak Yatim? Bagaimana asal
usulnya? Jika dikutip dari laman Republika, Ketua Komisi Dakwan dan
Pengembangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis menjelaskan bahwa keidentikkan
bulan Muharram dengan lebaran anak yatim didasarkan pada sebuah hadis yang
disebut dalam kitab Tanbighul Ghafiliin.
مَنْ مَسَحَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِ يَتِيمٍ يَوْمَ عَاشُورَاءَ رَفَعَ
اللَّهُ تَعَالَى لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ دَرَجَةً
Artinya: “Siapa orang yang mengusap kepala anak yatim
(menyantuni/menyayangi) pada hari Asyura (10 Muharram), maka Allah akan angkat
derajatnya sebanyak rambut anak yatim tersebut yang terusap oleh tangannya.”
Hadist tersebut menyampaikan bahwa siapa
yang menyantuni anak yatim pada hari Asyuro atau tanggal 10 Muharram, maka
derajatnya akan dinaikkan oleh Allah SWT. Walaupun tidak seluruh Ulama
menganggap Hadist tersebut benar, bahkan tak sedikit pula yang menganggap
Hadist tersebut palsu, tetapi hadist tersebut dipososokan untuk menjaga
perilaku kita sebagai Umat Muslim, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah SAW.
Apa perilaku yang senantiasa dicontohkan
oleh junjungan kita Nabi Muhammad SAW? Ya, beliau senantiasa mengasihi Anak
Yatim. Karena sosok Rasulullah SAW yang senantiasa menyayangi Anak Yatim, maka
dari itu hari Baik 10 Muharram atau Hari Asyuro seringkali dipakai oleh Umat
Muslim sebagai momentum untuk menyantuni Anak Yatim. MasyaAllah.
Informasi & Call Center
🌐 Website: www.doaanakyatim.com
☎ Telpon: 022-2005079
📱 WA: 081 2222 02751